Senin, 27 Mei 2013

Spermatozoa

SPERMATOZOA


Disusun oleh :
Fauzi                          1202101010006
Lya Addiyanti             1202101010012
Ira Novita Rahayu      1202101010013
Akmal Syafrizal          1202101010061
Ariffudin                     1202101010089
Yopie Fernando          1202101010101
Rahma Melinda           1202101010117


Asisten Pembimbing :
Joharsyah Hutabarat, S.KH



Laboratorium Embriologi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala
2013

 BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mikroteknik merupakan teknik pembuatan sediaan atau preparat secara  mikroskopis dengan sediaan yang dibuat berbahan dasar sel, tentunya pendekatan teoritis tidaklah memadai untuk memahami secara menyeluruh mengenai Mikroteknik, sebab yang namanya teknik lebih menekankan pemahaman pada wilayah aplikatifnya meskipun pada dasarnya landasan teoritis juga diperlukan dalam rangka memberikan beberapa petunjuk yang harus dilalui agar proses pembuatan sediaan sesuai dengan prosedural kerja dan alasan penggunaan ataupun pemilihan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan Mikroskopis.
Salah satu metode yang digunakan dalam pembuatan sediaan mikroskopis adalah metode oles (smear method). Metode oles adalah suatu cara membuat sediaan mikroskopis dengan jalan mengoles atau membuat selaput tipis dari bahan yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas obyek, dimana metode ini biasanya digunakan pada pembuatan sediaan darah, spermatozoa, mukosa mulut, dll.
Sel adalah bagian yang merupakan penyusun dasar suatu jaringan, dan pada kenyataannnya merupakan bagian dari semua makhluk hidup. Suatu sel dapat merupakan organisme yang lengkap, ataupun sejumlah sel dapat bergabung membentuk suatu jaringan, kombinasi penyusunnya membentuk orga-organ.
1.2  Tujuan
Tujuan dari praktikum dengan judul membuat sediaan oles spermatozoa adalah untuk mengenal bentuk spermatozoa.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Tinjauan Pustaka
Metode Smear atau oles, yaitu metode pembuatan preparat dengan cara mengoles atau membuat selaput tipis dari bahan yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas objek. Metode ini dipakai untuk pembuatan sediaan darah, spermatozoa, cairan haemolimfa belalang, protozoa, mukosa mulut, dan mukosa vagina. Untuk pembuatan sediaan dengan menggunakan darah biasanya akan ditetesi dengan ADTA atau heparin agar tidak terjadi pembekuan darah. Untuk  metode ini biasanya digunakan bahan dari sel hewan (Pujawati, 2002).
Staining merupakan pewarnaan preparat dengan cara melakukan perendaman preparat kedalam agen pewarna. Agen pewarna tersebut misalnya Hematoxylin, Eosin (HE), dll. Sebelum dilakukannya staining preparat terlebih dahulu haruslah difiksasi. Fiksasi tersbut bertujuan untuk mematikan sel tanpa merusak komponen-komponenya. Contoh larutan fiksatif adalah turunan alkohol, metilen blue, dll (Spiritia, 2008).
Cara fiksasi sediaan oles ada dua, yaitu fiksasi sediaan setelah kering dan fiksasi sebelum kering. Biasanya macam fiksatif yang digunakan setelah sediaan menjadi kering adalah fiksatif-fiksatif yang berbentuk cairan (Medic, 2008).
Semen terdiri atas sel spermatozoa (gamet jantan) dan campuran antara cairan seluler dan sekresi-sekresi kelenjar asesoris (plasma seminalis) yang berasal dari saluran reproduksi jantan. Spermatozoa dibentuk didalam tubuli seminiferi testes dan selanjutnya mengalami proses penyempurnaan untuk kemudian disimpan pada epididimis, sedangkan plasma seminalis merupakan cairan dengan pH basa serta banyak mengandung bahan-bahan kimia yang diperlukan bagi spermatozoa.
Spermatozoa merupakan sel memanjang, terdiri atas bagian kepala berbentuk datar dan ekor yang mengandung mitokondria yang penting bagi pergerakan sel, dimana diantara kepala dan ekor dihubungkan oleh bagian yang disebut leher. Komponen utama kepala adalah nukleus, yang tersusun atas kromatin, dengan 60% bagian anterior kepala diliputi akrosom; bagian belakang kepala diliputi oleh tudung nuklear. Hubungan antara anterior dan posterior disebut cincin nuklear.
Dibagian tengah dan ekor dibagi menjadi tiga daerah. Dimulai dari bagian anterior adalah bagian tengah, bagian yang lebih tipis adalah bagian utama ekor, dan bagian yang sangat tipis merupakan bagian ujung. Bagian utama ekor, merupakan pusat metabolisme, dihubungkan dengan bagian kepala spermatozoa dengan suatu segmen yang sangat pendek yang disebut ekor.
Pada hewan ruminan, kepala spermatozoa berbentuk oval, datar/flat, dengan nukleus terdiri atas kromatin yang kompak. Kromatin yang sangat padat mengandung deoksiribonuklead asid (DNA) kromosom. Jumlah kromosom yang terdapat pada spermatozoa adalah haploid atau setengah dari jumlah DNA sel somatik pada spesies yang sama, yang dihasilkan dari pembelahan miosis yang terjadi selama pembentukan spermatozoa.
Membran plasma atau disebut juga plasmalemma merupakan bagian yang mengandung sedikit sisa sitoplasma dan meliputi seluruh permukaan spermatozoa dan merupakan bagian luar spermatozoa juga berfungsi sebagai sebagai tempat keluar-masuknya cairan seluler. Bagian utama membran spermatozoa terdiri atas lipoprotein yang tersusun ganda. Membran plasma pada sapi mengandung 31.1% lipoprotein.
Pentingnya fungsi membran plasma pada spermatozoa dikarenakan keutuhan membran plasma akan menjadi tolak ukur bagi keberhasilan fertilisasi spermatozoa dengan sel telur. Kerusakan membran pada bagian tengah spermatozoa akan menyebabkan produksi ATP terhenti sehingga spermatozoa tidak bisa bergerak. Membran plasma akan mengalami modifikasi sehingga menyebabkan spermatozoa menjadi lebih aktif atau yang disebut dengan kapasitasi untuk proses fertilisasi.
Akrosom terletak pada bagian ujung anterior dari nukleus, yang menutupi spermatozoa. Akrosom merupakan kantong membran dengan lapisan ganda, yang melapisi nukleus selama tahap akhir pembentukkan spermatozoa, mengandung unsur-unsur enzim yang penting, seperti akrosin, hialuronidase, dan berbagai enzim hidrolisis lain yang berperan dalam proses fertilisasi. Pada akrosom terdapat bagian equatorial (equatorial segmen) yang merupakan bagian akrosom yang penting dari spermatozoon, bagian ini terdapat di sepanjang anterior dari daerah setelah akrosom (post acrosomal region), yang menginisiasi penggabungan dengan membran oosit selama fertilisasi.
Ekor spermatozoa terbagi atas bagian leher (neck), tengah (middle), utama (principal), dan bagian ujung (end piece). Pada bagian tengah serta seluruh ekor terdiri atas aksonema. Aksonema merupakan tersusun dari sembilan pasang mikrotubulus secara radial mengelilingi dua pusat filamen. Di dalam bagian tengah ini tersusun 9+2 mikrotubulus yang di bagian luar dibungkus oleh sembilan lapisan kasar atau serabut tebal yang berhubungan dengan sembilan pasang aksonema (Garner & Hafez 2000). Selanjutnya aksonema dan serabut tebal ini di bagian periper dilapisi oleh sejumlah mitokondria, yang merupakan sumber energi yang diperlukan bagi spermatozoa untuk motilitasnya.
Bagian utama (principal piece) merupakan lanjutan dari annulus sampai mendekati ujung ekor, dibagian tengahnya disusun oleh aksonema yang berhubungan dengan serabut tebal. Selanjutnya bagian ujung ekor (end piece), merupakan bagian posterior dari pembungkus berserabut, yang terdiri hanya bagian aksonema yang dibungkus oleh membran plasma.
Protoplasmik atau sitoplasmik droplet biasanya dilepaskan pada saat spermatozoa diejakulasikan, yang merupakan sisa sitoplasma. Pada beberapa spesies, abnormal ejakulasi spermatozoa, droplet dapat tertahan didaerah leher sering disebut proksimal droplet, dan pada bagian yang mendekati annulus disebut distal droplet (Putri, 2010).


BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1  Alat dan Bahan
·         Mikroskop
·         Cawan petri
·         Testis sapi dan tikus
·         Objek glass
·         Giemsa atau Eosin
·         Alat bedah
·         NaCl fisiologis

3.2  Cara Kerja
·      Ambillah cairan yang mengandung spermatozoa yang berasal dari testis, epididimis, atau vas deferens sapi atau tikus.
·     Jika cairan itu pekat larutkan dengan NaCl fisiologis, kemudian teteskan cairan pada objek glass yang bersih. Dengan objek glass yang lain di oleskan setipis mungkin dan fiksasi dengan melewatkannya di atas api.
·     Warnai dengan Giemsa atau Eosin, selama 3-5 menit. Cuci dengan air mengalir. Selanjutnya keringkan kembali.
·      Periksa dan amati dibawah mikroskop.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil
Pada pratikum ini, kami mengamati sperma sapi dan sperma tikus.
a.       Sperma Sapi



 


b.      Sperma tikus
Sperma tikus tanpa pemberian eosin

 


Sperma tikus yang diberi eosin

4.2  Pembahasan

Spermatozoa pada umumnya memiliki empat bagian utama, yaitu Head, acrosome, midpiece, tail, end piece.  Kualitas spermatozoa meliputi beberapa aspek, yaitu motilitas spermatozoa yang dapat dibagi menjadi tiga kriteria (motilitas baik, motilitas kurang baik dan tidak motil), morfologi spermatozoa meliputi bentuknya (normal atau abnormal, abnormalitas dapat terjadi pada kepala, midpiece, ekor atau end piece), konsentrasi atau jumlah spermatozoa dan viabilitas (daya hidup) spermatozoa.

Morfologi Spermatozoa yang normal terbagi atas bagian kepala, bagian tengah yang pendek (midpiece) dan bagian ekor yang sangat panjang. Dapat kita lihat sebagai contoh yaitu morfologi spermatozoa pada mencit
Perbesaran 800x (Wyrobek and Bruce, 1975).
(a)spermatozoa normal, (b) pengait salah membengkok, (c) sperma melipat,     (d) kepala terjepit, (e) pengait pendek, (f) kesalahan ekor sebagai alat tambahan, (g) tidak ada penggait, (h) sperma berekor ganda dengan kepala tidak berbentuk, (i) kepala tidak berbentuk.
1. Head
Menentukan bentuk kepala spermatozoa dan tergantung pada spesies hean yang yang di amati. Kutub anterior inti tertutup oleh tudung akrosom yang mengandung sejumlah enzim hidrolitik, misalnya hyaluronidase yang berfungsi untuk melepaskan asam hyaluronic, dan acrosin berupa acrosome yang befungsi menembus dinding zona pellucida. Enzim tersebut diperlukan untuk menembus dinding zona pellucida agar spermatozoa dapat masuk sel telur untuk proses pembuahan. Kepala terutama terdiri dari nukleus, yang mengandung informasi genetik.
2. Midpiece
Pada bagian leher sebagian besar berbentuk pendek dan sempit, terletak antara kepala dan badan, berdiri dari senteriol yang terletak sentral dengan serabut tepi kasar tersusun memanjang, berlanjut dengan serabut luar pada badan spermatozoa.
3. Flagelum
Pusat badan memiliki struktur flagelum yang khas : dua buluh mikro sentral dan Sembilan pasang buluh mikro perifer yang membentuk komplek filamen aklsial. Mereka di kelilingi oleh Sembilan serabut luar yang memipih , tersusun longitudinal yang berhubungan dengan serabut penhubung.  Selanjutnya dikelilingi oleh mitokondria dengan jalinan mengulir berbentuk cincin yang menebal pada badan menandai batas antara badan dan ekor utama.
4. Tail
Tail merupakan bagian ekor spermatozoa yang paling panjang. Struktur komplek filamen aksial mirip dengan bagian badan dan dikitari oleh kelanjutan serabut bagian badan. Serabutnya bervariasi menurut ukuran,bentuk dan memipih kearah ekor . Rusuk semisiskular struktur protein pada susunan mengulir melebur dengan dua serabut luar membentuk selubung fibrosa tapi yang khas untuk bagian ekor utama.
5. End piece
Selubung fibrosa terminal menandai awal dari ujung ekor yang hanya mengandung kompleks filament aksial .Kearah proksimal ujung ekor ,komplek ini memiliki ciri khas susunan Sembilan-tambah-dua:kearah distal ,pasangan dua tepi secara bertahap berkurang menjadi tunggal serta berakhir pada beberapa permukaan.

BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah:
a.       Metode oles (smear method) adalah suatu cara membuat sediaan dengan jalan mengoles atau membuat selaput tipis dari bahan yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas.
b.      Tujuan dari fiksasi adalah untuk mematikan sel tanpa merusak komponen-komponennya, dengan harapan agar kondisi fisiologis dari spermatozoa tetap awet terjaga.
c.       Proses pewarnaan dilakukan agar mempermudah dan memperjelas untuk mengamati spermatozoa.
d.      Apus yang dibuat diusahakan setipis munhgkin agar spermatozoa tidak akan bertumbuk-tumpuk sehingga tidak akan sulit untuk mengamati sel spermatozoa.
e.       Spermatozoa Tikus tampak seperti berkait dan ukurannya lebih besar dari pada spermatozoa dari sapi.


DAFTAR PUSTAKA

Dwi Pujawati, E. 2002. Petunjuk Praktikum Mikroteknik Tumbuhan. Banjarbaru: FMIPA Universitas Lambung Mangkurat.

Isnaeni, W. 2004. Fisiologi Hewan.Jakarta: Erlangga.

Medic. 2008. Smear Preparation. http://medic.med.uth.tmc.edu/path/techs.html di akses pada tanggal 25 Mei 2013.

Merry, Putri. 2010. Jenis dan Tingkat Abnormalitas Primer pada Spermatozoa Sapi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.



1 komentar:

  1. materinya bagus,,,
    bisa saya ambil sebagai bahan penyusunan laporan saya,,,

    BalasHapus