SPERMATOZOA
Disusun oleh :
Fauzi 1202101010006
Lya Addiyanti 1202101010012
Ira Novita Rahayu 1202101010013
Akmal Syafrizal 1202101010061
Ariffudin 1202101010089
Yopie Fernando 1202101010101
Rahma Melinda 1202101010117
Asisten Pembimbing :
Joharsyah Hutabarat, S.KH
Laboratorium
Embriologi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas
Syiah Kuala
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroteknik
merupakan teknik pembuatan sediaan atau preparat secara mikroskopis
dengan sediaan yang dibuat berbahan dasar sel, tentunya pendekatan teoritis
tidaklah memadai untuk memahami secara menyeluruh mengenai Mikroteknik, sebab
yang namanya teknik lebih menekankan pemahaman pada wilayah aplikatifnya
meskipun pada dasarnya landasan teoritis juga diperlukan dalam rangka
memberikan beberapa petunjuk yang harus dilalui agar proses pembuatan sediaan
sesuai dengan prosedural kerja dan alasan penggunaan ataupun pemilihan bahan
yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan Mikroskopis.
Salah satu metode yang digunakan dalam pembuatan
sediaan mikroskopis adalah metode oles (smear method). Metode oles adalah suatu
cara membuat sediaan mikroskopis dengan jalan mengoles atau membuat selaput
tipis dari bahan yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas obyek,
dimana metode ini biasanya digunakan pada pembuatan sediaan darah, spermatozoa,
mukosa mulut, dll.
Sel
adalah bagian yang merupakan penyusun dasar suatu jaringan, dan pada
kenyataannnya merupakan bagian dari semua makhluk hidup. Suatu sel dapat
merupakan organisme yang lengkap, ataupun sejumlah sel dapat bergabung
membentuk suatu jaringan,
kombinasi penyusunnya membentuk orga-organ.
1.2
Tujuan
Tujuan
dari praktikum dengan judul membuat sediaan oles spermatozoa adalah untuk
mengenal bentuk spermatozoa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan
Pustaka
Metode Smear atau oles, yaitu metode
pembuatan preparat dengan cara mengoles atau membuat selaput tipis dari bahan
yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas objek. Metode ini dipakai
untuk pembuatan sediaan darah, spermatozoa, cairan haemolimfa belalang,
protozoa, mukosa mulut, dan mukosa vagina. Untuk pembuatan sediaan dengan
menggunakan darah biasanya akan ditetesi dengan ADTA atau heparin agar tidak
terjadi pembekuan darah. Untuk metode
ini biasanya digunakan bahan dari sel hewan (Pujawati, 2002).
Staining merupakan pewarnaan
preparat dengan cara melakukan perendaman preparat kedalam agen pewarna. Agen
pewarna tersebut misalnya Hematoxylin, Eosin (HE), dll. Sebelum dilakukannya
staining preparat terlebih dahulu haruslah difiksasi. Fiksasi tersbut bertujuan
untuk mematikan sel tanpa merusak komponen-komponenya. Contoh larutan fiksatif
adalah turunan alkohol, metilen blue, dll (Spiritia, 2008).
Cara fiksasi sediaan oles ada dua,
yaitu fiksasi sediaan setelah kering dan fiksasi sebelum kering. Biasanya macam
fiksatif yang digunakan setelah sediaan menjadi kering adalah fiksatif-fiksatif
yang berbentuk cairan (Medic, 2008).
Semen
terdiri atas sel spermatozoa (gamet jantan) dan campuran antara cairan seluler
dan sekresi-sekresi kelenjar asesoris (plasma seminalis) yang berasal dari
saluran reproduksi jantan. Spermatozoa dibentuk didalam tubuli seminiferi
testes dan selanjutnya mengalami proses penyempurnaan untuk kemudian
disimpan pada epididimis, sedangkan plasma seminalis merupakan cairan dengan pH
basa serta banyak mengandung bahan-bahan kimia yang diperlukan bagi
spermatozoa.
Spermatozoa
merupakan sel memanjang, terdiri atas bagian kepala berbentuk datar dan ekor
yang mengandung mitokondria yang penting bagi pergerakan sel, dimana diantara
kepala dan ekor dihubungkan oleh bagian yang disebut leher. Komponen utama
kepala adalah nukleus, yang tersusun atas kromatin, dengan 60% bagian anterior
kepala diliputi akrosom; bagian belakang kepala diliputi oleh tudung nuklear.
Hubungan antara anterior dan posterior disebut cincin nuklear.
Dibagian
tengah dan ekor dibagi menjadi tiga daerah. Dimulai dari bagian anterior adalah
bagian tengah, bagian yang lebih tipis adalah bagian utama ekor, dan bagian
yang sangat tipis merupakan bagian ujung. Bagian utama ekor, merupakan pusat
metabolisme, dihubungkan dengan bagian kepala spermatozoa dengan suatu segmen
yang sangat pendek yang disebut ekor.
Pada hewan
ruminan, kepala spermatozoa berbentuk oval, datar/flat, dengan nukleus terdiri
atas kromatin yang kompak. Kromatin yang sangat padat mengandung
deoksiribonuklead asid (DNA) kromosom. Jumlah kromosom yang terdapat pada
spermatozoa adalah haploid atau setengah dari jumlah DNA sel somatik pada
spesies yang sama, yang dihasilkan dari pembelahan miosis yang terjadi selama
pembentukan spermatozoa.
Membran
plasma atau disebut juga plasmalemma merupakan bagian yang mengandung
sedikit sisa sitoplasma dan meliputi seluruh permukaan spermatozoa dan
merupakan bagian luar spermatozoa juga berfungsi sebagai sebagai tempat
keluar-masuknya cairan seluler. Bagian utama membran spermatozoa terdiri atas
lipoprotein yang tersusun ganda. Membran plasma pada sapi mengandung 31.1% lipoprotein.
Pentingnya fungsi
membran plasma pada spermatozoa dikarenakan keutuhan membran plasma akan
menjadi tolak ukur bagi keberhasilan fertilisasi spermatozoa dengan sel telur.
Kerusakan membran pada bagian tengah spermatozoa akan menyebabkan produksi ATP
terhenti sehingga spermatozoa tidak bisa bergerak. Membran plasma akan
mengalami modifikasi sehingga menyebabkan spermatozoa menjadi lebih aktif atau
yang disebut dengan kapasitasi untuk proses fertilisasi.
Akrosom terletak pada
bagian ujung anterior dari nukleus, yang menutupi spermatozoa. Akrosom
merupakan kantong membran dengan lapisan ganda, yang melapisi nukleus selama
tahap akhir pembentukkan spermatozoa, mengandung unsur-unsur enzim yang
penting, seperti akrosin, hialuronidase, dan berbagai enzim hidrolisis lain
yang berperan dalam proses fertilisasi. Pada akrosom terdapat bagian equatorial
(equatorial segmen) yang merupakan bagian akrosom yang penting dari
spermatozoon, bagian ini terdapat di sepanjang anterior dari daerah setelah
akrosom (post acrosomal region), yang menginisiasi penggabungan dengan
membran oosit selama fertilisasi.
Ekor
spermatozoa terbagi atas bagian leher (neck), tengah (middle),
utama (principal), dan bagian ujung (end piece). Pada bagian
tengah serta seluruh ekor terdiri atas aksonema. Aksonema merupakan tersusun
dari sembilan pasang mikrotubulus secara radial mengelilingi dua pusat filamen.
Di dalam bagian tengah ini tersusun 9+2 mikrotubulus yang di bagian luar
dibungkus oleh sembilan lapisan kasar atau serabut tebal yang berhubungan
dengan sembilan pasang aksonema (Garner & Hafez 2000). Selanjutnya aksonema
dan serabut tebal ini di bagian periper dilapisi oleh sejumlah mitokondria,
yang merupakan sumber energi yang diperlukan bagi spermatozoa untuk
motilitasnya.
Bagian utama
(principal piece) merupakan lanjutan dari annulus sampai
mendekati ujung ekor, dibagian tengahnya disusun oleh aksonema yang berhubungan
dengan serabut tebal. Selanjutnya bagian ujung ekor (end piece),
merupakan bagian posterior dari pembungkus berserabut, yang terdiri hanya
bagian aksonema yang dibungkus oleh membran plasma.
Protoplasmik atau
sitoplasmik droplet biasanya dilepaskan pada saat spermatozoa diejakulasikan,
yang merupakan sisa sitoplasma. Pada beberapa spesies, abnormal ejakulasi
spermatozoa, droplet dapat tertahan didaerah leher sering disebut proksimal
droplet, dan pada bagian yang mendekati annulus disebut distal droplet (Putri, 2010).
BAB III
METODE
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
·
Mikroskop
·
Cawan petri
·
Testis sapi dan tikus
·
Objek glass
·
Giemsa atau Eosin
·
Alat bedah
·
NaCl fisiologis
3.2 Cara Kerja
· Ambillah cairan yang mengandung spermatozoa yang
berasal dari testis, epididimis, atau vas deferens sapi atau tikus.
· Jika cairan itu pekat larutkan dengan NaCl fisiologis,
kemudian teteskan cairan pada objek glass yang bersih. Dengan objek glass yang
lain di oleskan setipis mungkin dan fiksasi dengan melewatkannya di atas api.
· Warnai dengan Giemsa atau Eosin, selama 3-5 menit.
Cuci dengan air mengalir. Selanjutnya keringkan kembali.
· Periksa dan amati dibawah mikroskop.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada pratikum ini, kami mengamati sperma
sapi dan sperma tikus.
a.
Sperma Sapi
b.
Sperma tikus
Sperma tikus tanpa pemberian eosin
Sperma tikus yang diberi eosin
4.2 Pembahasan
Spermatozoa pada umumnya
memiliki empat bagian utama, yaitu Head,
acrosome, midpiece, tail, end piece.
Kualitas spermatozoa meliputi beberapa aspek, yaitu motilitas
spermatozoa yang dapat dibagi menjadi tiga kriteria (motilitas baik, motilitas
kurang baik dan tidak motil), morfologi spermatozoa meliputi bentuknya (normal
atau abnormal, abnormalitas dapat terjadi pada kepala, midpiece, ekor atau
end piece), konsentrasi atau jumlah spermatozoa dan viabilitas (daya hidup)
spermatozoa.
Morfologi Spermatozoa yang normal terbagi atas bagian kepala, bagian
tengah yang pendek (midpiece) dan
bagian ekor yang sangat panjang. Dapat kita lihat sebagai contoh yaitu
morfologi spermatozoa pada mencit.
Perbesaran 800x (Wyrobek and
Bruce, 1975).
(a)spermatozoa normal, (b) pengait salah
membengkok, (c) sperma melipat, (d)
kepala terjepit, (e) pengait pendek, (f) kesalahan ekor sebagai alat tambahan,
(g) tidak ada penggait, (h) sperma berekor ganda dengan kepala tidak berbentuk,
(i) kepala tidak berbentuk.
1. Head
Menentukan bentuk kepala spermatozoa dan tergantung pada spesies hean yang
yang di amati. Kutub anterior inti tertutup oleh tudung akrosom yang mengandung
sejumlah enzim hidrolitik, misalnya hyaluronidase yang berfungsi untuk
melepaskan asam hyaluronic, dan acrosin berupa acrosome yang befungsi menembus
dinding zona pellucida. Enzim tersebut diperlukan untuk menembus dinding zona
pellucida agar spermatozoa dapat masuk sel telur untuk proses pembuahan. Kepala
terutama terdiri dari nukleus, yang mengandung informasi genetik.
2. Midpiece
Pada bagian leher sebagian besar berbentuk pendek dan sempit, terletak
antara kepala dan badan, berdiri dari senteriol yang terletak sentral dengan
serabut tepi kasar tersusun memanjang, berlanjut dengan serabut luar pada badan
spermatozoa.
3. Flagelum
Pusat badan memiliki struktur flagelum yang khas : dua buluh mikro sentral
dan Sembilan pasang buluh mikro perifer yang membentuk komplek filamen aklsial.
Mereka di kelilingi oleh Sembilan serabut luar yang memipih , tersusun
longitudinal yang berhubungan dengan serabut penhubung. Selanjutnya dikelilingi oleh mitokondria
dengan jalinan mengulir berbentuk cincin yang menebal pada badan menandai batas
antara badan dan ekor utama.
4. Tail
Tail merupakan bagian ekor spermatozoa yang paling panjang. Struktur
komplek filamen aksial mirip dengan bagian badan dan dikitari oleh kelanjutan serabut
bagian badan. Serabutnya bervariasi menurut ukuran,bentuk dan memipih kearah
ekor . Rusuk semisiskular struktur protein pada susunan mengulir melebur dengan
dua serabut luar membentuk selubung fibrosa tapi yang khas untuk bagian ekor
utama.
5. End piece
Selubung fibrosa terminal menandai awal dari ujung ekor yang hanya
mengandung kompleks filament aksial .Kearah proksimal ujung ekor ,komplek ini
memiliki ciri khas susunan Sembilan-tambah-dua:kearah distal ,pasangan dua tepi
secara bertahap berkurang menjadi tunggal serta berakhir pada beberapa
permukaan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari
praktikum ini adalah:
a.
Metode oles (smear method) adalah suatu cara membuat
sediaan dengan jalan mengoles atau membuat selaput tipis dari bahan yang berupa
cairan atau bukan cairan di atas gelas.
b.
Tujuan dari fiksasi adalah untuk mematikan sel tanpa
merusak komponen-komponennya, dengan harapan agar kondisi fisiologis dari
spermatozoa tetap awet terjaga.
c.
Proses pewarnaan dilakukan agar mempermudah dan
memperjelas untuk mengamati spermatozoa.
d.
Apus yang dibuat diusahakan setipis munhgkin agar
spermatozoa tidak akan bertumbuk-tumpuk sehingga tidak akan sulit untuk
mengamati sel spermatozoa.
e.
Spermatozoa Tikus tampak seperti berkait dan ukurannya
lebih besar dari pada spermatozoa dari sapi.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwi Pujawati, E. 2002. Petunjuk Praktikum Mikroteknik Tumbuhan.
Banjarbaru: FMIPA Universitas Lambung Mangkurat.
Isnaeni, W.
2004. Fisiologi Hewan.Jakarta:
Erlangga.
Medic. 2008.
Smear
Preparation. http://medic.med.uth.tmc.edu/path/techs.html di akses
pada tanggal 25 Mei 2013.
Merry, Putri. 2010. Jenis dan Tingkat Abnormalitas Primer pada
Spermatozoa Sapi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
materinya bagus,,,
BalasHapusbisa saya ambil sebagai bahan penyusunan laporan saya,,,