PENGUKURAN DAN PENENTUAN UMUR FOETUS
Disusun oleh :
Fauzi 1202101010006
Lya
Hadiyanti 1202101010012
Ira
Novita Rahayu 1202101010013
Akmal
Syafrizal 1202101010061
Ariffudin 1202101010089
Yopie
Fernando 1202101010101
Rahma
Melinda 1202101010117
Asisten
Pembimbing :
Joharsyah
Hutabarat, S.KH
Laboratorium Embriologi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perkembangan teknologi
masa kini telah menghadirkan alat-alat yang dapat mempermudah dalam menegakkan
suatu diagnosa, antaral ain Roentgenografi, Computed Tomography (CATscan),
Magnetic Resonance Imaging (MRI), fluoroscopy, biopsi, dan ultrasonography
(USG) (Bartgesetal. 2007).
Roentgenografi (X-ray)
dapat digunakan dalam mendiagnosa kebuntingan pada hewan kecil khususnya
anjing. Namun diagnosa dapat dilakukan setelah terbentuknya kalsifikasi atau
pertulangan pada fetus yaitu pada umur kebuntingan 15 hari (Robert. 1971).
Untuk itu USG menjadi
salah satu alat Bantu diagnosa yang sangat penting dibidang kedokteran hewan.
Teknik ini membantu dokter hewan mendapatkan informasi dengan cepat mengenai
sistem tubuh secara umum dan mengetahui adanya kelainan fungsi organ. Selain
itu, USG dapat digunakan dalam memberikan informasi terbaru untuk mengetahui
anatomi dasar dan proses fisiologi (Goddard. 1995).
USG telah berkembang
pesat dalam dunia kedokteran hewan sejak sepuluh tahun yang lalu. USG pertama
kali digunakan untuk mendiagnosa kebuntingan. Kebuntingan pada hewan kecil
dapat didiagnosa menggunakan USG pada umur kebuntingan 32-35 hari. (Robert.
1997).
Tetapi saat ini USG
telah digunakan untuk mendiagnosa penyakit terutama dalam pencitraan jaringan
lunak. Ultrasonografi bersifat non-invasive dan tidak menyebabkan timbulnya
reaksiionisasi, sehingga aman bagi dokter, hewan, atau pasien maupun klien.
Belum pernah ada laporan yang menyatakan efek negatif dari ultrasonografi,
prinsipnya adalah penggunaan yang tepat dan benar. Diagnostik ultrasonografi
menggunakan prinsip pulse-echo total exposure pada jaringan tubuh dengan
intensitas sangat rendah dan aman sehingga aman baik bagi operator maupun
pasien (Barr. 1990).
1.2
Tujuan
Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui panjang dan berat foetus pada masa kandungan.
1.3
Manfaat
Agar mahasiswa
mengetahui rasio ukuran foetus dan berat foetus berdasarkan usia kebuntingan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Foetus adalah mamalia
yang berkembang setelah fase embrio dan sebelum kelahiran.
Dalam bahasa Latin,
fetus secara harfiah dapat diartikan "berisi bibit muda, mengandung".
Pada manusia,
janin berkembang pada akhir minggu kedelapan kehamilan,
sewaktu struktur utama dan sistem organ terbentuk, hingga kelahiran.
Ada dua cara untuk
mengukur panjang foetus, yaitu :
·
Curved
Crown Rump
Pengukuran
dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari
pangkal ekor berbentuk garis curva forehead. Cara ini tidak lazim dipakai.
·
Straight
Crown Rump
Pengukuran
dilakukan dengan cara mengukur panjang tubuh foetus mulai dari pangkal ekor
berbentuk garis lurus sampai forehead. Cara inilah yang sering digunakan.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat
dan Bahan
1.
Bak alumunium
2.
Benang / tali
3.
Penggaris
4.
Pinset
5.
Foetus yang sudah diawetkan
3.2 Cara
Kerja
1.
Foetus yang telah disediakan dikeluarkan
dari dalam stoples dan diletakkan di atas baki alumunium
2.
Dilakukan pengukuran dengan cara CC-R
dan SC-R
3.
Pengukuran CC-R dilakukan dengan cara
mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari pangkal ekor berbentuk kurva
sampai forehead
4.
Pengukuran SC-R dilakukan dengan cara
mengukur panjang tubuh foetus mulai dari pangkal ekor berbentuk garis lurus
sampai forehead. Cara ini yang sering digunakan
5.
Catatlah hasil pengukuran
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari
hasil pengukuran foetus sapi maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Metode
|
Umur
(hari)
|
Berat
(gr)
|
Panjang tubuh
(cm)
|
Panjang
|
Rasio
|
Panjang
|
Rasio
|
||
K
(cm)
|
B
(cm)
|
KD
(cm)
|
KB
(cm)
|
||||||
CC-R
|
90
|
250
|
21
|
8,5
|
11,5
|
1,7 : 2,3
|
7,6
|
8,2
|
1.9 : 2,05
|
SC-R
|
90
|
250
|
16,5
|
6
|
10,5
|
4 : 7
|
4,8
|
7,5
|
3,2 : 5
|
Tabel
Hasil Pengukuran
Keterangan :
K :
Kepala
B :
Badan
KD :
Kaki Depan
KB :
Kaki Belakang
Keadaaan Karakteristik Foetus (Bovine)
Dalam Masa Kebuntingan
Kebuntingan
|
Berat
Foetus
(gram)
|
C-R
Length
|
Keterangan
|
30
|
0,3
|
-
|
Embriogenesis
hampir lengkap
|
60
|
8-15
|
-
|
Foetus
sebesar mouse
|
90
|
100-200
|
-
|
Foetus
sebesar rat
|
120
|
500-800
|
-
|
Sebesar
kucing muda
|
150
|
2000-3000
|
-
|
Foetus
sebesar kucing
|
180
|
5000-8000
|
-
|
Sebesar
anjing muda, rambut tumbuh disekeliling lekuk tanduk, ekor, mata,dan
komposisi otot sudah jelas
|
210
|
9000-13000
|
-
|
Rambut
tumbuh lebat pada tubuh dan anggota gerak
|
240
|
15000-30000
|
-
|
Rambut
diseluruh tubuh sudah lengkap, gigi incisor
|
270
|
25000-50000
|
-
|
Gigi
incisor mengalami erupsi
|
Semakin
bertambahnya usia kebuntingan, makin bertambah pula berat foetus. Peningkatan
yang drastis terjadi pada masa kebuntingan 8-9 bulan. Pertumbuhan pada masa
prenatal dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu : hereditas, ukuran, induk,
nutrisi, lama kebuntingan, dan jumlah anak per “litter.”
Posisi
foetus dalam kornua uteri juga dipengaruhi oleh komposisi antar sesama litter,
perkembangan embrio dan endometrium sebelum implantasi, ukuran plasenta, dan
suhu udara luar. Ukuran foetus secara genetik dipengaruhi oleh komponen gen itu
sendiri, komponen gen induk, dan komposisi intra uteri dengan foetus lain.
Kontribusi genetik material dalam variabilitas ukuran foetus jauh lebih besar
dari pada kontribusi prenatal. Pada kenyataannya telah diperkirakan bahwa
50%-75% variabilitasnya dalam berat lahir ditentukan oleh faktor-faktor
maternal.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN :
1.
Pengukuran dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu CC-R dan SC-R
2.
Foetus yang digunakan dalam praktikum,
jika dilihat dari panjangnya (disesuaikan dengan tabel), maka foetus sapi tersebut berumur 90 hari dan beratnya 250 gr
3.
Kontribusi maternal dalam variabilitas
ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi paternal
4.
Posisi foetus dalam cornua uteri
dipengaruhi oleh komposisi antara sesama litter, perkembangan embrio dan
endometrium sebelum implantasi, ukuran plasenta, dan suhu udara luar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2006. http://www.pjms.com.pk/issues/octdec06/pdf/fetal_biometry.pdf Diakses pada tanggal 08 Mei 2012.
Bartges, JW. 1997. Hematuria. Didalam:
Tilley LP, Smith FWK, ac Murray AC, editor. The 5 Minute Veterinary Consult :
Canineand Feline. Maryland : Williamsand Weilkins A Waverly Company. hlm. 77.
Goddard, PJ. 1995. Veterinary
Ultrasonography. England : CAB International. hlm. 1-13
Robert SJ. 1971. Veterinary
Obstetricsand Genital Diseases. India : CBS Publishers & Distributors. hlm.
32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar