Senin, 27 Mei 2013

Perkembangan Embrio Ayam

Perkembangan Embrio Ayam

Disusun oleh :
Fauzi                          1202101010006
Lya Addiyanti             1202101010012
Ira Novita Rahayu      1202101010013
Akmal Syafrizal          1202101010061
Ariffudin                     1202101010089
Yopie Fernando          1202101010101
Rahma Melinda          1202101010117


Asisten Pembimbing :
Joharsyah Hutabarat, S.KH






Laboratorium Embriologi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala
2013


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Reproduksi atau perkembangbiakan adalah proses dimana suatu organisme menghasilkan individu dari spesies yang sama. Perkembangbiakan pada orgnisme itu bertujuan agar organisme yang bersangkutan  dapat mempertahankan jenisnya. Sehingga bagi organisme, dengan bereproduksi maka hal tersebut merupakan cara agar keturunannya tidak mengalami kepunahan.
Cara bereproduksi pada organisme dapat dibagi menjadi dua yakni, reproduksi seksual atau generatif atau kawin dan reproduksi secara aseksual atau vegetatif atau tidak kawin. Hewan vertebrata umumnya bereproduksi secara generatif  atau secara kawin yang merupakan perkembangbiakan atau reproduksi yang terjadi apabila terbentuknya individu baru didahului dengan peristiwa peleburan sel-sel gamet atau fertilisasi dua sel haploid.
Proses pembentukan sperma dan telur (ovum) disebut gametogenesis, sehingga sel sperma dan sel telur (ovum) memiliki kemampuan untuk saling melebur dalam proses fertilisasi. Bila terjadi fertilisasi atau konsepsi atau coitus, maka satu oosit akan bergabung dengan satu spermatozoa menghasilkan satu sel baru yaitu zigot. Fertilisasi menandai dimulainya fase diploid pada hewan dan tumbuhan yang berkembangbiak secara seksual.
Fertilisasi pada berbagai jenis hewan vertebrata dibagi menjadi dua berdasarkan tempat terjadinya yakni fertilisasi internal dan fertilisasi eksternal. Fertilisasi internal adalah fertilisasi yang terjadi di dalam tubuh organisme yang melakukan kopulasi atau coitus dan fertilisasi eksternal adalah fertilisasi yang terjadi di luar tubuh organisme yang melakukan kopulasi atau coitus. Fertilisasi internal biasanya menghasilkan sel telur dalam jumlah yang terbatas atau jumlah sel telur (ovum) yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan jumlah sel telur (ovum) yang dihasilkan dari fertilisasi eksternal.
Pada Aves atau unggas proses fertilisasinya berlangsung secara internal. Proses ini mempertemukan kedua macam gamet dan sekaligus mempertahankan jumlah kromosom anakan tetap diploid seperti induknya. Pertemuan kedua macam gamet terjadi di saluran reproduksi hewan betina. Dalam hubungan ini gamet jantan (spermatozoa) dipindahkan ke dalam saluran reproduksi betina melalui proses kawin atau coitus untuk dapat bertemu dengan gamet betina (sel telur).
Pola dasar perkembangan embrio Aves sama dengan embrio Katak, yaitu melalui tahap, blastula, gastrula, neurula dan organogenesis. Pembelahan Aves merupakan pembelahan meroblastik, artinya pembelahan hanya berlangsung di keping lembaga saja. Dari hasil pembelahan diperoleh blastoderm sebanyak 3-4 lapisan sel. Blastula ayam memiliki epiblast, hipoblast, dan blastocoel. Epiblast bagian tengah yang lebih terang disebut area pelusida, bagian tepi yang lebih gelap adalah daerah opaka. Hipoblast meerupakan bakal lapisan ekstra embrio.

1.2         Tujuan
1.             Mempelajari tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio ayam.
2.             Mempelajari lapisan embrional yang membentuk bakal organ.

1.3         Manfaat
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui tahap-tahap perkembangan atau pembentuan organ pada berbagai umur embrio ayam.
2.             Agar mahasiswa dapat mengetahui lapisan embrional yang membentuk bakal organ.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Awal perkembangan embrio ayam menunjukkan bahwa splanknopleura dan somatopleura meluap keluar dari tubuh embrio hingga di atas yolk. Daerah luar tubuh embrio dinamakan daerah ekstra embrio. Mula-mula tubuh embrio tidak mempunyai batas sehingga lapisan-lapisan ekstra embrio dan intra embrio saling berkelanjutan. Dengan terbentuknya tubuh embrio, secara berurutan terbentuk lipatan-lipatan tubuh sehingga tubuh embriohampir terpisah dari yolk. Adanya lipatan-lipatan tubuh, maka batas antara daerah intra dan ekstra embrio menjadi semakin jelas. Daerah kepala embrio mengalami pelipatan yang disebut dengan lipatan kepala dan meisahkan antara bagian intra dan ekstra embrio. Lipatan kepala membentuk sub sephal. Pada bagian lateral tubuh juga terbentuk lipatan tubuh lateral dan memisahkan bagian ekstra dan intra embrio. Bagian posterior mengalami pelipatan dan dukenal dengan nama lipatan ekor membentuk kantung sub kaudal. Lipatan-lipatan tersebut embentuk dinding saluran percernaan primitive. Bagian tengah usus tengah yang menghadap yolk tetap terbuka dan pada daerah ini, dinding kantung yolk berhubungan dengan dinding usus pada kantung yol. Walaupun kantung yolk berhubungan dengan usus melalui tangkai yolk, namun makanan tidak diambil embrio melalui tangkai yolk (Adnan, 2008).
Pembelahan lebih sukar dan terbatas pada suatu keeping pada kutup anima, disini berlangsung pembelahan partial atau meroblastis. Sel-sel yang membelah itu membentuk cangkang bentuk cakram yang disebut sebagai blastodis yang merupakan blastomer sentral yang melepasan diri dari detoplasma di bawahnya dan terbentuk rongga sempit yang merupakan bagian pinggir, blastomer tidak jelas terpisah dari detoplasma dan ia terus menerus e dalam detoplasma (Yatim, 1994).
Proses morfogenetik yang disebut sebagai gastrulasi adalah pengaturan kembali sel-sel blastula secara dramatis. Gastrula berbeda rinciannya dari satu kelompok hewan dengan kelompok hewan yang lainnya, tetapi suatu kumpulan perubahan seluler yang sama menggerakkan pengaturan spasial embrio ini. Mekanisme seluler yang umum tersebut adalah perubahan-perubahan motilitas sel, perubahan dalam bentuk sel dan perubahan dalam adhesi (penempelan) seluler ke sel lain dan ke molekuler matriks ekstraseluler. Hasil penting dari gastrulasi adalah beberapa sel dekat permukaa blastula berpindah ke lokasi baru yang lebih dalam. Hal ini akan mentransformasi blastula menjadi embrio berlapis tiga yang disebut gastrula (Campbell, 1987).
Menurut anonim (2008), berdasarkan jumlah lapisan embrional, hewan dikelompokkan menjadi:
1.        Hewan diploblastik         : Memilki 2 lapisan embrional, ectoderm dan endoderm.
2.        Hewan triploblastik         :  Memilki tiga lapisan embrional yakni:
·         Triploblastik aselomata : tak memilki rongga tubuh.
·         Triploblastik pseudoselomata : memilki rongga tubuh yang semu.
·         Triploblastik selomata : memiliki rongga tubuh yang sesungguhnya, yaitu basil pelipatan mesoderm
Blastulasi pada ayam termasuk blastula yang berbentuk pipih atau cakram (diskoblastik) yang mempunyai bagian-bagian sebagai berikut: periblas hipoblas dan juga sentoblas. Gastrulasi pada ayam merupaan proses dari pembentukan stria primitif yang terdiri dari alur dan pematang primitif berupa garis dilinea mediana, Stria primitif berbentuk sempurna pada inkubasi telur 18 jam (Sugiyanto, 1996).
Tahap neurula ayam nirip dengan embrio katak yaitu melalui tahap keeping neural, lipatan neural, dan bumbung neural. Organogenesis merupakan proses lanjut setelah terbentuk neurula. Proses ini meliputi pembentukan bakal organ dari lapisan ectoderm, mesoderm dan endoderm. Perkembangan embio ayam pada berbagai umur inkubasi merupakan media yang jelas untuk memperlihatkan organogemesis (Tim Dosen UNM, 2008)


BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan
1.             Inkubator
2.             Scalpel
3.             Bak Alumunium
4.             Pinset
5.             Cawan Petri
6.             Telur ayam yang sudah dieramkan dalam inkubator

3.2  Cara Kerja
1.    Sediakan telur ayam kampung yang akan ditetaskan secukupnya, guna melihat perbedaan diantaranya. Dimasukkan kedalam incubator /mesin tetas dengan suhu mulai hari 1-19/21 adalah 102°F-105°F.
2.          Pada waktu pengamatan, telur diambil 1 sampai 3 butir untuk memudahkan dalam pengamatan embrio biar tidak berdesakan dengan teman-teman dan lebih efisien.
3.     Telur yang akan diamati, dipecahkan dengan scalpel dan dituangkan isinya kedalam cawan Petri.kemudian amati perubahan yang terjadi pada telur tersebut.
4.        Pada hari selanjutnya tentukan apa-apa saja perubahan atau pembentukan telur tersebut mulai hari pertama sampai menetas.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

a.             Hari Pertama
Pada hari pertama terbentuk peta takdir, area opaka, zona pelusida. Terdapat pula primitive streak yaitu suatu bentuk memanjang dari pusat blastoderm yang kelak akan menjadi tulang punggung. Bentuk calon seperti susunan balok, tergambar bentuk saluran makanan, permulaan terbentuknya susunan saraf, mata. 


b.             Hari Kedua
Pada hari kedua mulai terbentuk jantung, hati dan pembuluh darah mulai berkembang.         Sedang memulai dimana letak telinga, pembuluh saraf columna vertebrae. Saat ini adalah saat yang kritis dari kehidupan embrio, sebab saat itu jantung mulai berdetak. Peredaran darah dimulai, dengan kerja sama antara kantung darah dengan kantung selaput kuning telur.


c.              Hari Ketiga
Hari ketiga bentuk jantung tergambar, kaki mulai terbentuk dan dikembangkan, terbentuk sayap, embrio mulai berputar, dengan mata tampak pembuluh darah, organ tubuh lengkap,terbentuk lidah, adanya selaput amnion, ada cairan corio alantois, umbilicalis fungsinya menyalurkan makanan ke embrio atau memfiksir embrio.


d.             Hari Keempat
            Perkembangan embrio sudah mulai jelas. Mata tampak jelas, begitu pula dengan kaki dan sayap. Organ paru paru dan hati sudah terbentuk tapi tidak terlihat dengan kasat mata.


e.              Hari Kelima 
Hari kelima ini embrionya sudah tampak jelas. Kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Ekor dan kepala sudah berdekatan sehingga tampak seperti huruf C. Sementara amnion dan alantois sudah kelihatan. Embrio sudah terletak didalam amnion dan pembuluh sudah semakin banyak dari pada hari sebelumnya. Selain itu telah terdapat pula optic fecicel, prosencephalon, metencephalon, rombencephalon, dan umbilicalis.



f.              Hari Kedelapan
Pada hari kedelapan, perkembangan yang terjadi yaitu bakal paruh dan kaki sudah mulai terbentuk, tulang punggung sudah mulai mengeras, dan optic fecicel telah berubah sempurna menjadi mata.



g.             Hari Kesembilan
            Jari kaki dan sayap terlihat mulai terbentuk. Selain itu, perut mulai menonjol karena jeroannya mulai berkembang. Pembentukan bulu juga dimulai. Pada masa-masa ini, embrio sudah seperti burung, dan mulutnya terlihat mulai membuka. Alat reproduksi, jantung, muka, hidung dan pernafasan mulai nyata.




h.             Hari Kesepuluh
Sistem organ sudah berfungsi, serta juga sudah bisa menghasilkan urine, CO2 dan lain lain yang dbuang pada albumin. Tulang punggungpun telah mengeras.
 

i.        Hari Ketiga belas
        Perkembangan yang telihat yaitu sayap dan kaki mulai terlihat jelas. Paruh mulai mengeras, sisik dan kuku sudah mulai terlihat juga. Alantois menyusut menjadi membran Chorioalantois . Tubuh pun sudah ditumbuhi bulu. Embrio akan berputar sehingga kepalanya tepat berada di bagian tumpulnya telur. 


j.               Hari Keempat belas
Embrio ayam kepalanya mulai memutar ke kantung udara dan tubuhnya pun sudah mulai ditutupi bulu.

k.             Hari Keenam belas
Pada hari keenam belas, perkembangan yang terjadi yaitu sisik, cakar, dan paruh sudah mengeras. Bentuk kepala menuju normal dan posisi embrio telah sejajar dengan poros memanjang bentuk telur. Kuning telur membeku, sedangkan putih telur mengental dan tinggal sedikit. Telinga, mata, dan ekor menuju kearah sempurna. Sistem ginjal mulai memproduksi urates (garam dari asam urat).


l.               Hari Ketujuh belas
Pada hari ketujuh belas, permulaan internalisasi vitelin, terjadi pengurangan cairan embrionik. Selain itu perkembangan yang terjadi adalah kepala menjadi normal bentuknya demikian juga dengan mata, ekor, sayap, dan kaki. Bulu sudah menutupi seluruh permukaan tubuh dan paruh mengarah kekantung udara.
 
m.           Hari Kesembilan belas
Pada hari kesembilan belas, vitelus terserap semua menutup pusar (umbilicus). Anak ayam menembus selaput kerabang telur bagian dalam dan bernafas melalui rongga udara. Paruh ayam sudah siap untuk mematuk selaput kerabang dalam. Pernafasan dengan paru-paru sudah mulai berlangsung.

n.             Hari Kedua puluh
Kuning telur sudah masuk sepenuhnya ke dalam tubuh embrio. Embrio yang hampir menjadi anak ayam ini menembus selaput cairan, dan mulai bernafas menggunakan udara di kantung udara. Saluran pernafasan mulai berfungsi dan bekerja sempurna.


Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gizi seperti air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio sampai menetas. Selama pembelahan awal seluler, terbentuk dua lapisan sel benih dimana peristiwa ini disebut dengan gastrulasi, yang biasanya dilengkapi pada saat telur dikeluarkan dari tubuh induk. Kedua lapisan ini adalah ektoderm dan mesoderm. Lapisan ketiga yaitu endoderm akan terbentuk ketika telur sudah di tempatkan di dalam incubator.
Fertilitas adalah persentase telur yang fertil dari sejumlah telur yang ditetaskan.Telur fertil ialah telur yang dibuahi/telur hasil perkawinan antara jantan dan sel betina. Ada beberapa factor yang mempengaruhi fertilitas yaitu: pengaturan suhu, pengaturan kelembaban, pembalikan telur, periode kritis dan candling. Rongga udara memberi identitas lamanya telur disimpan,rongga udara yang diperlukan adalah rongga udara yang tingginya kurang dari 1 cm.
Embrio yang sedang tumbuh didalam tubuh membutuhkan temperature yang optimum selama penetasan. Gejolak temperature yang terlalu eksterm akan menyebabkan kematian embrio. Adapun temperature yang optimum untuk telur tetas tidak sama pada semua telur, tetapi tergantung pada besarnya telur, kualitas kerabang, genetic, umur telur ketika dimasukkan kedalam rak mesin tetas/incubator. Komponen-komponen terpenting  dari udara adalah O2, N, CO2 dan uap air, lalu lintas udara ini dilakukan melalui pori-pori pada kerabang untuk pernapasan embrio berupa O2 dan pembuangan gas CO2 dari hasil pembakaran embrio. O2 ini sangat penting untuk keberlangsungan hidup embrio, bila jumlah O2 dalam ruang incubator berkurang maka kematian embrio sudah diambang pintu. Kebutuhan O2 ini diambil oleh mesin pipa-pipa ventilasi. Semakin besar embrio maka akan semakin banyak udara yang dibutuhkandan ventilasi semakin penting.
Pada saat telur dikeluarkan, beberapa ribu sel akan dihasilkan dan blastodisc akan menggambarkan suatu unit yang kompleks. Setelah telur dikeluarkan, pembelahan seluler terus berlangsung selagi temperature di atas 75º F. Sel telur tidak akan membelah lagi bila temperatur kembali rendah, oleh karena itu mulai saat telur ditelurkan sampai telur siap dimasukkan kedalam incubator, pembelahan seluler akan terhambat, artinya tidak terjadi pembelahan sel antara waktu tersebut.
Pada hari pertama, kepala embrio telah terbentuk dan didalamnya dapat dilihat permulaan pertumbuhan sistem saraf pusat, fore-got, dan traktus alimentarius. Pulau darah muncul didaerah opaca, diluar tubuh embrio. Elastoderm membesar (melebar dengan cepat yang memulai proses pertumbuhan hingga mengelilingi kuning telur). Pada hari kedua jantung mulai tampak berdenyut. Pada hari ketiga, lapisan endoderm melekat pada kantong kuning telur dan area ovaca berubah menjadi area vasculosa, sedangkan dipertengahannya terdapat peta takdir yang akan berkembang menjadi pembuluh darah dan butir-butir darah.
Pada hari keempat, terdapat pertumbuhan endoderm kearah luar untuk membentuk usus belakang yang mendorong suatu lapisan mesoderm yang masuk kedalamnya menjadi cavitis ekstra embrionik untuk membentuk alantois. Selaput ekstra embrionik terus menerus memebesar hingga mengisi seluruh ruangan serta merupakan kantong pembuluh darah yang bergabung dengan chorion sehingga kapiler-kapilernya itu berhubungan langsung dengan selaput kuning telur.
Amnion merupakan kantong yang membantu embrio muda selama perkembangannya, dimana kantung ini dipenuhi suatu cairan yang transparan dan bersifat mukoid, dihasilkan oleh dinding amnion dan kulit tubuh embrio. Menjelang kelahiran cairan ini ditelan oleh foetus kembali. Pada ayam berfungsi untuk mencegah embrio kering, meniadakan goncangan, keleluasaan embrio berubah-ubah sikap, dan menyerap albumin.
Chorion merupakan selaput perpaduan antara selaput bagian dalam kerabang telur dengan alantois. Chorion berasal dari sebelah luar zona amniotic. Pada proses pembentukan plasenta merupakan bagian dari  foetus. Bersama-sama dengan alantois membentuk selaput choriallantois. Chorion kaya akan pembuluh darah yang berfungsi menyempurnakan fungsi metabolic. Alantois merupakan selaput yang membantu system sirkulasi dan apabila telah berkembang sempurna ia akan mengelilingi embrio.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1.             Penetasan adalah suatu proses untuk memperoleh bibit.Karena dengan adanya penetasan menggunakan mesin tetas akan lebih banyak diperoleh di bandingkan dierami induknya.Mungkin jika dierami oleh induknya lebih kurang 12 butir,sedangkan dengan menggunakan mesin tetas bisa memuat sebanyak 50 butir ( menurut ukuran mesin tetas tersebut ).
2.             Tahap perkembangan embrio pada ayam terdiri atas 2 fase yaitu
a.         Fase perkembangan awal, dalam tubuh induk
b.         Perkembangan selama masa pengeraman diluar tubuh induk
3.             Perkembangan embrio pada hari kedua pengeraman, pertumbuhannya meliputi tahap-tahap berikut:
a.         Morulasi
b.         Blastulasi
c.         Gastrulasi
4.             Ketentuan bagi sebutir telur untuk ditetaskan adalah:
a.         Telur yang dihasil kan oleh betina yang telah dibuahi.
b.         Permukaan kulit telur licin dan rata
c.         Kerabang telur tidak terlalu tebal dan tipis
5.             Faktor-faktor yang perlu diperhatikan waktu penetasan adalah sebagai berikut: 
a.         Nisbah kelamin
b.         Temperatur selama penetasan
c.         Kelembaban selama penetasan
d.        Penyediaan udara selama penetasan
e.         Posisi telur pada rak telur penetasan
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Anonim. 2008. Pertumbuhan pada Hewan. http://www. Praweda.co.id. Diakses pada tanggal 06 Mei 2012.
Campbell. 1987. Biologi Edisi kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Sugiyanto. 1996. Perkembangan Hewan. Fakulatas Biologi UGM: Yokyakarta.
Tim Dosen UNM, 2008. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Universitas Negeri Makassar.
Yatim. 1990. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito : Bandung

1 komentar: